Versi Teks Naruto Chapter 622
Sebelumnya : Naruto Chapter 621
Madara kecil terlihat kesal karena Hashirma tak kunjung memberitahu namanya.
"Kutanya, kamu siapa!?" bentak anak itu. Hashirmapun menjawab,
"Namaku Hashirama. Tapi, aku tak bisa menyebutkan nama lengkapku."
Sejenak Madara sempat terdiam, bingung, tapi kemudian ia tak terlalu
mempedulikannya. Bocah itu kemudian kembali mengambil batu, dan memasang
aba-aba untuk melemparnya ke sungai. "Hashirama, kan, lihat, kali ini aku
pasti berhasil!"
Madara kecilpun melemparnya. Melihat gerakkan anak itu, Hashirama kecil
berpikir, "Caranya melempar itu batu, dia pasti pintar dalam melempar
shuriken."
Namun tetap saja, pada akhirnya lemparan Madara gagal menpai sisi lain dari
sungai itu.
"Sial!!" teriak Madara kecil. Ia berbalik ke arah Hashirama dan
kemudian membentaknya, "Kau berdiri di belakangku sengaja untuk
mengacaukan konsentrasiku, kan!? Aku sangat sensitif, aku bahkan tak bisa
kencing jika ada yang berdiri di belakangku."
"Maaf ..." ucap Hashirama, ia berjongkok dan tampak benar-benar
menyesal. "Eeh? Kau tak perlu sedepresi itu. Ma-maaf ya, tadi itu aku
hanya membuat alasan." ucap Madara.
"Aku ... tidak tahu ... aku tak tahu kalau kau punya gejala aneh seperti
itu." ucap Hashirama. "Kau itu orang baik atau buruk, sih!!?"
bentak Madara. "Hahaha!" Hashirama bangun dan ekspresinya mendadak
berubah ceria, "Tapi kau tahu kan kalau aku lebih hebat darimu dalam
melempar batu?"
"Lain kali kau yang akan kulempar!!!" bentak Madara.
"Maaf." lagi-lagi Hashirama memasang wajah depresi. "Aku tak
bermaksud untuk membuatmu marah. Kalau kau memang mau melemparku, aku sudah
siap, lakukan saja."
"Hei hei, apa kau sadar kalau kau itu mengganggu, hah?"
"Tapi ..." ucap Hashirama kecil, "Aku harap kau bisa melemparku
sampai sisi lain sungai." lanjutnya dengan nada mengejek. "Dasar
mengganggu, pergi sana!!!!" usir Madara. "Baiklah kalau begitu."
ucap Hashirama. "Ti-tidak, tunggu!!!" Madara kecil hanya bercanda.
"Kau menyuruhku pergi atau tetap di sini, sih? Bisa kau mengatakannya
dengan lebih jelas?"
"Eh?" Mereka berdua tiba-tiba dikagetkan dengan sesosok mayat yang
mengapung di sungai. Mayat seorang shinobi.
"Apa itu?" Tanya Madara, sementara Hashirama kecil langsung ke sungai
dan menghampirinya. Hashirama kecil mampu berjalan di atas air. Kemudian Madara
sadar, "Apa kamu ... seorang shinobi?"
"Sepertinya perang akan sampai kemari. Pulanglah." ucap Hashirama. Ia
melihat ke arah mayat itu, dan kemudian ke arah lambang ninjanya. "Ini ...
lambang dari klan Hagoromo." pikir Hashirama. Saat itu, masih belum ada
desa. Hanya kumpulan dari klan-klan.
"Aku harus pergi. Sampai jumpa ..." Hashirama meloncat dan pergi ke
sisi lain sungai. Tapi sebelum itu, dari tempatnya Madara kecil memperkenalkan
diri. "Namaku Madara. Tidak memberitahukan nama lengkap pada orang asing,
itu salah satu aturan shinobi, kan?"
"Seperti dugaanku, ternyata kau shinobi juga." ucap Hashirama. Mereka
telah berada di sisi sungai yang berlainan. Mereka memiliki sifat yang berbeda.
Tapi waktu itu, Hashirma dapat merasakan kalau entah kenapa mereka seolah
dekat. Hashirama juga merasa kalau ia mampu mengerti kenapa Madara datang ke
sungai itu.
Hashirama pergi, dan kemudian sampai di suatu tempat pemakaman. Banyak shinobi
dari klan Senju mati saat itu, dan merekapun dikuburkan. "Kawarama
..." ucap sedih Hashirama. Karena Kawarama, salah seorang temannya juga
tewas.
"Hiks." salah seorang teman Hashirama menangis. Tampak tiga orang
anak, Hashirama, adiknya, dan anak yang menangis itu. Mereka bersama dengan
seorang shinobi dewasa, semacam pembimbing mereka.
"Shinobi tak seharusnya merengek seperti itu." ucap shinobi itu.
"Mereka memang lahir untuk mati dalam pertempuran. Harusnya kalian
bersyukur mayatnya masih bisa dikubur secara utuh. Kali ini, musuh kita bukan
hanya klan Hagoromo, tapi juga klan Uchiha. Mereka benar-benar kejam!"
"Kawarama masih tujuh tahun!!" ucap Hashirama, sedikit membentak.
"Berapa lama perang ini akan terus berlanjut!!?" bentaknya lagi. Tapi
shinobi dewasa itu hanya menjawab, "Sampai semua musuh kita habis.
Perjalanan menuju dunia yang tanpa perang tidaklah mudah."
"Dan demi itu kau juga mengorbankan anak-anak?"
"!!!" lelaki itu tersinggung mendengar perkataan Hashirama, dan
kemudian memukulnya.
"Aku tak akan membiarkanmu menghina Kawarama!! Dia adalah seorang shinobi
hebat yang mati dalam pertarungan, dia bukan anak-anak!!!" bentak lelaki
itu.
"Apa kau baik-baik saja, kak Hashirama?" tanya anak tadi. Kakak? Apa
jangan-jangan tiga anak tadi bersaudara semua? Apa saudara Hashirama bukan
hanya Tobirama? "Kau tahu kan, apa yang akan terjadi kalau berani melawan
ayah." ucap Tobirama.
"Itama ... Tobirama ... Aku tak mau kalian juga mati dalam rasa
sakit." pikir Hashirama. Kemudian, ia kembali membentak ayahnya,
"Bagaimana bisa kau mengatakan kalau Senju adalah klan yang penuh dengan
cinta!? Shinobi hebat apanya!? Bagiku itu hanya kelompok orang dewasa yang
membawa anak-anak menuju kematian mereka! kita juga melakukan hal yang sama
dengan klan Uchiha!!"
"Itu adalah respek bagi musuhmu." ucap lelaki tadi, yang ternyata
ayah Hashirma. "Meskipun seorang bayi, selama ia memiliki senjata, ia
adalah musuh. Dan merubah anak-anak menjadi shinobi yang hebat, itu berarti kau
mencintainya."
"Apa kita harus mati untuk menjadi shinobi yang hebat!!?" bentak
Hashirama lagi, ia benar-benar masih belum puas. "Yang bisa dilakukan
hanya membunuh atau dibunuh, bahkan tanpa tahu bagaimana mulainya. Kau bahkan
tak boleh mengatakan nama lengkapmu karena itu berbahaya, Dunia Shinobi ini
benar-benar keliru!!!"
"!!!!" Ayahnya kembali marah, "Orang-orang sepertimulah yang
disebut anak-anak!!!" ia kembali bersiap untuk memukul anaknya. Namun,
Tobirama menghalanginya. "Ayah, hari ini kakak hanya sedang depresi.
Tolong maafkan dia." ucapnya.
Akhirnya, ayah mereka membatalkan niatnya.
Setelahnya, mereka bertiga, tiga anak itu pergi ke suatu tempat dan
berbincang-bincang. "Orang dewasa memang bodoh." ucap Tobirama.
"Kalau mereka ingin berhenti bertarung, harusnya mereka membuat suatu
kesepakatan dengan musuh."
"Tapi, bagaimana dengan keluarga kita yang sudah dibunuh? Bagaimana dengan
perasaan rekan-rekanmu?" ucap Itama. "Pemikiran seperti itulah yang
akan membuatmu mati juga." ucap Tobirama. "Kau dan orang-orang dewasa
terlalu marah karena hal itu. Mulai dari sekarang, Shinobi harusnya merefresh
perasaan mereka. Menciptakan peraturan, serta menghindari pertarungan yang
tidak perlu."
"Hah, aku penasaran apakah hal seperti itu mungkin terjadi." ucap
Hashirama. "Untuk membuat kesepakatan yang nyata, sebuah aliansi ..."
"Kesepakatan yang nyata?"
Pada masa perang, rata-rata harapan hidup seorang shinobi dan masyarakat biasa
adalah sekitar tiga puluh tahun. Yang membuatnya rendah adalah, banyaknya anak
kecil yang mati ...
"Itama!!!!" teriak khawatir orang-orang senju. Mereka terlambat. Saat
tiba, anak kecil bernama Itama itu sudah tewas terbunuh oleh genjutsu klan
Uchiha.
Hari-hari berlalu, Hashirama kecil duduk menyendiri di pinggir sungai.
"Hei, sudah lama ya." ucap Madara yang tiba-tiba saja menghampirinya.
Ia kemudian bertanya, "Hashirama, kenapa kali ini kau tampak begitu
depresi? Apa sesuatu telah terjadi?"
"Aku ... aku, tak ada apa-apa." ucap Hashirma. Tapi, Madara tahu
kalau ia berbohong. "Kau berbohong, ayolah, kau bisa menceritakannya
padaku." ucapnya. "Bukan apa-apa ..." ucap Hashirama lagi.
"Tak apa, katakan saja."
"Tidak, sungguh, bukan apa-apa."
"Kau terlalu berlebihan, aku akan mendengarnya."
"Tapi sungguh, tak ada apa-apa. Tak ada ... apa-apa, hiks ..."
Hashirama menangis.
"Pasti ada apa-apa kan!? Katakan!!" bentak Madara.
"Itu ... adikku mati." ucap Hashirama. Ternyata memang benar, anak
tadi memang saudaranya. Tapi sayang, ia telah meninggal. Madara terdiam,
sementara Hashirama melanjutkan ceritanya. "Alasan kenapa aku datang
kemari adalah karena itu. Dengan melihat ke arah sungai, aku merasa seolah
perasaan sedih ini terbawa oleh sungai. Namamu Madara, kan? Kupikir kau juga
seperti itu."
Madara kecil masih terdiam.
"Apa kau ... punya saudara?" tanya Hashirma. Kemudian Madara
mengambil sebuah batu, dan mulai bercerita. "Aku punya empat saudara
laki-laki. Yah, aku 'memiliki' mereka."
"Hm?"
"Kita adalah shinobi. Kita mungkin mati kapan saja. Satu-satunya cara
untuk tidak mati adalah dengan menujukkan apa yang sebenarnya kau pikirkan pada
musuhmu, tanpa menyembunyikan apapun, dan berteman dengan mereka. Tapi,
sepertinya itu mustahil. Karena ... tak mungkin untuk melihat apa yang
sebenarnya orang pikirkan, dan bagaimana perasaan terdalam mereka."
Madara kecil melempar batu yang dipegangnya.
"Apakah memang mustahil ... Untuk saling menunjukkan pemikiran asli
kita?"
"Aku tak tahu." ucap Madara, "Tapi aku selalu datang kemari
dengan harapan, kalau itu bukanlah hal yang mustahil." lemparan Madara
akhirnya sampai di sisi lain sungai. "Saat ini, kurasa ada satu. Setidaknya
bukan hanya kau, tapi aku juga sudah bisa mencapai sisi yang lainnya."
Harapan Madara telah sampai di sisi yang lain. Dua anak dari klan yang
bermusuhan, mereka berdua akan menjadi sosok penting dalam sejarah terciptanya
dunia shinobi di masa depan.
Bersambung ke Chapter 623